Home / Ekspresi / Puisi / Di Bawah Langit yang Sama, Kita Serupa namun Tak Setara

Di Bawah Langit yang Sama, Kita Serupa namun Tak Setara

Oleh: Irma Nur Aviva

Di bawah langit yang sama,
kita tak pernah beda.
Langit tak pernah menakar mimpimu
dari lekuk tubuhmu atau nada suaramu,
ia tak pernah memilih
siapa yang boleh terbang tinggi,
dan siapa yang harus menunduk selamanya.

Di bawah langit yang sama,
tangan perempuan bisa menggenggam dunia,
dan laki-laki bisa melangkah lembut—
bukan sekadar menginjak,
tapi menyamai.

Namun…

Di atas bumi yang dipijak kaki,
kita serupa, namun tak setara.
Laki-laki disebut kalah saat mengadu,
dianggap lemah saat lelah,
dan gagal bila tak berdaya.

Perempuan yang selalu disebut pelengkap,
perempuan yang dilukiskan
dengan kelemahan dan ketidakberdayaan,
perempuan yang hanya jadi catatan kaki,
kami yang dianggap sunyi
dalam pesta kepuasan lelaki…

Kami bukan hiasan di pojok ruang,
yang dilihat lalu dilupakan.
Kami akar yang mencengkeram tanah—
menghidupi, menopang,
meski tak selalu nampak.

Di bawah bumi yang kita pijak,
batu dan bunga saling melindungi.
Tak perlu sama untuk setara,
cukup saling percaya
dan memberi ruang untuk tumbuh bersama.

Karena langit
tak pernah bertanya, “Siapa kamu?”
Ia hanya berbisik,
“Seberapa jauh kau mau terbang?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *