
persprima.com, Jember – Tidak banyak mahasiswa yang berani memulai usaha sambil menjalani padatnya aktivitas kuliah. Sebagian besar masih ragu, takut gagal, atau menunggu waktu yang sempurna. Namun, Sri Rahayu, mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember memutuskan untuk mulai meski belum merasa siap. Dari kamar kos yang sempit dan peralatan seadanya, Ayu mendirikan “Cimitflower” sebagai usaha buket bunga, gift box, gantungan kunci handmade, hingga sewa alat piknik yang kini jadi ruang healing sekaligus karya kecil yang menginspirasi.
“Aku mulai buka usaha ini dari kamar kos, pakai uang jajan sendiri dan alat seadanya, awalnya cuma coba-coba bikin buket buat temen, lama-lama ada yang pesen. Dari situ aku mikir, kayaknya bisa dikembangin,” Ucap Ayu.
Tidak ada tim dan investor, hanya keberanian untuk belajar sambil berjalan. Usaha itu Ayu jalankan di tengah jadwal kuliah yang padat, tugas organisasi, freelance hingga tekanan hidup sebagai mahasiswa perantauan. Buket demi buket Ayu rangkai dengan alat seadanya. Ayu belajar secara otodidak melalui internet dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan sendiri saat praktik pembuatan.
“Aku sadar, kalau nunggu siap atau nunggu lulus dulu, mungkin gak akan pernah mulai, akhirnya aku paksa diri buat mulai dari yang aku bisa. Meski takut, tapi kalau gak dicoba, ya gak akan tahu hasilnya, ” ujarnya.
Keputusan itu bukan tanpa takut, tapi Ayu sadar bahwa keberanian sering kali muncul bersamaan dengan rasa ragu. Usaha yang dimulai dengan modal minim dan keraguan besar, perlahan justru membuka banyak jalan baru. Hari ini, “Cimitflower” bukan hanya tempat jualan, tetapi menjadi tempatnya menata diri. Ayu juga sadar bahwa mengelola usaha sambil kuliah bukan perkara mudah. Di satu sisi harus menyelesaikan tugas kuliah, laporan praktikum, hingga jadwal organisasi yang padat.
“Aku sering banget dapat pertanyaan dari teman-teman, gimana cara bagi waktu antara kuliah, kerja freelance, organisasi, dan usaha, apalagi sekarang udah masuk semester akhir. Dan biasanya aku lihat dulu mana yang paling prioritas dan punya deadline paling dekat. Kalau tugas kuliah deadlinenya lebih dulu, ya itu yang aku kerjain duluan. Semua bisa ke-handle asal kita tahu mana yang harus didahulukan,” jelas Ayu.
Perjalanan Ayu bersama Cimit perlahan membuka ruang-ruang kecil pengakuan yang menguatkan dirinya. Salah satunya adalah saat ia diundang menjadi narasumber dalam program siaran radio RRI Mataram. Meskipun dilakukan secara daring dari Jember, kesempatan itu menjadi pengalaman berharga yang membuatnya lebih percaya pada cerita yang sedang ia jalani. Di siaran radio, Ayu membagikan kisah tentang bagaimana Cimit dibangun dari nol, tentang perjuangan merangkai buket di sela-sela jadwal kuliah, serta tentang makna penyembuhan yang ia tanamkan di setiap produk.
“Dulu aku ngerasa ceritaku biasa aja, usahaku juga kecil. Tapi ternyata kalau dijalanin dengan niat dan konsisten, lama-lama orang bisa lihat dan mulai peduli. Dari situ aku jadi makin percaya diri buat cerita dan nunjukin apa yang aku jalani,” ungkap Ayu.
Beberapa waktu setelahnya, Ayu juga sempat ditawari menjadi pembicara dalam sebuah podcast oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) fakultas. Meskipun belum terealisasi, ajakan itu menjadi pengingat bahwa proses yang dijalani walau masih kecil mulai memberi arti. Sejak saat itu, dirinya tidak lagi menyembunyikan bahwa Ayu adalah mahasiswi yang menjalani usaha, Ia mulai percaya bahwa cerita sederhana pun bisa punya ruang untuk didengar.
“Waktu itu sempat juga diajak jadi narasumber di podcast UKM buat cerita soal perjalanan usahaku. Katanya sih buat jadi inspirasi, tapi sampai sekarang belum tahu pasti kapan,” ucapnya
Ayu memahami betul bahwa memulai usaha bukan perkara mudah. Rasa takut, keraguan, hingga keterbatasan modal kerap menjadi alasan untuk menunda. Namun, baginya langkah pertama tetaplah yang paling penting. Ayu percaya bahwa tidak ada waktu yang benar-benar tepat untuk memulai. Justru, dengan memberanikan diri mencoba, seseorang bisa mulai mengenali potensinya sendiri. Ayu ingin semangat itu bisa dirasakan juga oleh anak muda lainnya yang masih ragu untuk bergerak.
“Buat yang pengen banget mulai usaha tapi bingung mulai dari mana, kalau kataku mulai aja dulu, karena kalau kita gak mulai-mulai dan cuma rencana doang, dan rencana itu gak direalisasikan, maka gak akan pernah terwujud. Kalau gak punya modal, kamu bisa buka sistem PO atau jadi reseller dulu,” tutupnya.
Penulis : Tim Redaksi Prima
Penyunting : Asna Aufia