Home / Lensa Opini / “Ngelukat” Menggema di Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2025: Ketika Tradisi Menjadi Panggung Dunia

“Ngelukat” Menggema di Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2025: Ketika Tradisi Menjadi Panggung Dunia

Oleh : Risma Febriyani

https://img2.beritasatu.com/cache/beritasatu/960×620-3/2025/07/1752340844-1200×800.webp (Beritasatu.com/Rizky Hidayatullah)

Banyuwangi – Lagi-lagi Banyuwangi membuktikan bahwa seni dan budaya tidak pernah kehilangan pesonanya. Suatu parade budaya tahunan yang menggabungkan unsur seni pertunjukan, parade busana kontemporer dan kekayaan tradisi lokal yang spektakuler yaitu Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2025. Event ini digelar pada Sabtu (12/7/2025) kemarin, menjadi bukti bahwa warisan budaya leluhur bisa diangkat ke panggung dunia tanpa kehilangan ruh lokalnya.

BEC dilakukan dengan mengusung tema, “Ngelukat: Usingnese Traditional Ritual” yang artinya menggambarkan ritual-ritual penyucian diri masyarakat Osing sebagai wujud syukur dan doa keselamatan di setiap tahap kehidupan. Adapun rangkaian parade yang menampilkan 6 Subtema BEC 2025 yaitu ritual selapan, mudun lemah, sunatan, lamaran, nikahan, dan yang terakhir mitoni. Ritual tradisi tersebut menggambarkan perjalanan hidup manusia dari lahir hingga menikah.

Parade BEC dibuka dengan penampilan memukau oleh Firsta Yufi Amarta Putri, Putri Indonesia 2025 yang baru saja meraih penghargaan sebagai Miss Supranational Asia & Oceania 2025 dalam ajang Miss Supranational di Polandia. Firsta tampil mengenakan busana rancangan desainer asal Banyuwangi yaitu Deny Arthara, dengan tema “Sayu Wiwit-Burning Women’s Spirit” yang menggambarkan semangat kepahlawanan perempuan Banyuwangi.

Usai penampilan pembuka, ratusan penari Gandrung memadati panggung, membawakan pertunjukan bertema “Ngelukat” yaitu ritual tradisi suku Osing. Setelah itu dilanjutkan dengan parade atraksi oleh para peserta BEC 2025, parade ini juga diikuti oleh sejumlah wisatawan asing yang tengah berlibur di Banyuwangi. Keikutsertaan wisatawan asing menambah semarak gelaran parade ini.

Acara BEC 2025 dihadiri langsung oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani yang turut memberikan sambutan dalam pembukaan acara SCF 2025 X BEC. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga hadir untuk membuka acara BEC 2025, serta turut mengajak seluruh hadirin mendoakan para korban tragedi KMP Tunu Pratama Jaya.

BEC 2025 menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak hanya terpaku pada cara-cara lama. Banyuwangi berhasil mengemas warisan tradisi seperti “Ngelukat” menjadi tontonan bernilai seni tinggi tanpa kehilangan makna spiritual dan sosialnya. BEC bukan sekadar parade, melainkan cara daerah mempertahankan identitas di tengah arus globalisasi.

Dengan hal ini Pemerintah Kabupaten Banyuwangi konsisten menjadikan budaya sebagai poros utama pembangunan. BEC bukan hanya selebrasi, tetapi juga pembuktian bahwa tradisi bisa hidup berdampingan dengan modernitas, bahkan menjadi kekuatan utama daerah untuk tampil di panggung nasional dan internasional.

penyunting: Asna Aufia

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *