Home / Warta / Belajar, Bertumbuh, dan Memimpin : Transformasi Mahasiswa Lewat Organisasi

Belajar, Bertumbuh, dan Memimpin : Transformasi Mahasiswa Lewat Organisasi

persprima.com, Jember – Tidak semua mahasiswa mampu membagi waktu antara perkuliahan dan aktivitas organisasi. Namun, seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember membuktikan bahwa keduanya bisa dijalani secara seimbang. Salah satu mahasiswi Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik yang Bernama Sakinah Cinta Ayu N. bisa menjadi salah satu inspirator. Awalnya, Kinah merasa kurang cocok dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang tersedia. Saat itu, organisasi kemahasiswaan di FISIP masih berada dalam masa transisi kepengurusan. Alih-alih diam, ia justru tertarik dengan perdebatan tentang organisasi yang ada di lingkup kampus dan membuatnya mengikutsertakan diri pada salah satu organisasi yang meurutnya menarik. Di sanalah ia pertama kali mempelajari dinamika organisasi, membaca analisis sosial, dan membentuk cara pandangnya sebagai mahasiswa.

Tahun 2023, ia bergabung dengan organisasi internal jurusan, HIMAISTRA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi), sebagai anggota Departemen Apresiasi dan Daya Kreasi. Ketertarikannya pada organisasi internal tumbuh sejak ia menjadi Presidium Sidang RAT HIMAISTRA 2022. “Forum persidangan waktu itu membuatku merasa tertantang, dan justru dari situ aku makin penasaran dan ingin belajar lebih banyak,” katanya.

Di tahun 2024, ia dipercaya menjabat sebagai Ketua Bidang Kemahasiswaan HIMAISTRA. Namun ia tidak langsung beralih ke BEM karena merasa masih ada proses yang perlu dituntaskan di organisasi jurusan. Barulah di tahun 2025, ia mengambil langkah besar menjadi Ketua Umum BEM FISIP dengan membawa visi berdasarkan pembacaan kondisi strategis fakultas.  “Keinginanku sebenarnya sudah ada sejak 2024, tapi aku memilih menyelesaikan dulu tanggung jawab di HIMAISTRA. Baru sekarang aku merasa waktunya pas,” ungkapnya.

Meski aktif dalam berbagai organisasi, ia tetap mengutamakan akademik. “Tujuan awal kuliah tetap yang utama, yaitu menuntut ilmu. Tapi organisasi tidak mengganggu itu—justru mendukung,” katanya. Ia mengaku IPK-nya justru meningkat setelah aktif organisasi karena manajemen waktunya menjadi lebih teratur.

Organisasi mengajarkannya banyak hal: manajemen emosi, kepemimpinan, kerja tim, komunikasi, dan penyelesaian konflik. Ia pun menjadi lebih percaya diri, terutama dalam berbicara di depan umum. Dulu, ia sempat merasa minder dan takut dianggap konyol namun, semua berubah setelah mengikuti kajian yang dipantik oleh Mas Amiq, demisioner Ketua BEM FISIP 2022. “Waktu itu aku seperti diberi kekuatan baru. Aku disadarkan bahwa suara kita penting, selama itu disampaikan dengan baik,” kenangnya.

Menurutnya, tantangan terbesar dalam organisasi adalah saat harus menghadapi konflik atau anggota yang tidak kooperatif. Namun, ia memilih untuk tidak menghakimi dan lebih dulu mencari tahu penyebabnya.

“Kadang masalah personal memengaruhi sikap seseorang. Makanya kita perlu komunikasi yang adil dan terbuka, bukan langsung menyalahkan,” jelasnya. Untuk konflik internal organisasi, ia memilih jalur koordinasi formal, baik melalui departemen terkait atau diskusi langsung, agar masalah tidak berlarut. Pengalaman itu membuatnya tumbuh sebagai pemimpin yang tidak hanya bisa memberi perintah, tetapi juga mendengarkan. Ia belajar pentingnya memahami struktur komunikasi organisasi: vertikal, horizontal, dan diagonal.

Bagi dia, organisasi bukan sekadar tempat berkegiatan, tapi juga simulasi nyata dari dunia kerja. “Di organisasi kita belajar jadi profesional, berhadapan dengan perbedaan pendapat, menyusun program, dan memimpin tim. Itu semua bekal penting untuk masa depan,” katanya. Ia juga merasakan manfaat langsung di luar kampus, seperti lebih mudah membaur di masyarakat, mengenal tokoh penting, dan bisa membantu orang lain menyelesaikan masalah berdasarkan pengalamannya. Cita-citanya pun semakin mantap. Ia merasa yakin menempuh jalur karier yang penuh tantangan karena sudah terbiasa menghadapi dinamika yang kompleks dalam organisasi.

Menyoal perlu tidaknya mahasiswa berorganisasi, Kinah memberikan jawaban yang sangat yakin dan lugas. “Perlu, karena organisasi itu tempat belajar yang tidak kita dapatkan di kelas,” tegasnya. Ia percaya bahwa organisasi membantu mahasiswa menjadi pribadi yang utuh, bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga sosial dan emosional.

Pada kesempatan terakhir, Kinah menambahkan keterangan yang membangun terkhusus bagi mahasiswa yang seharusnya masif dalam beroganisasi. “Kalau ingin benar-benar jadi agent of change, ya harus mulai dari sini. Organisasi adalah ruang kita tumbuh, belajar, dan memberi manfaat”.

Penulis : Muhammad Roihan Rizaldi
Editor : Asna Aufia
Penyunting : Aulia Nastiti

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *