
perprima.com, Jember – Di dunia perkuliahan, tidak sedikit mahasiswa yang terjebak dalam rutinitas “kupu-kupu” alias kuliah-pulang. Mereka kurang terlibat dalam kegiatan yang ada di luar akademik yang sejatinya dapat membuka lebih banyak kesempatan untuk berkembang dan mendapatkan pengalaman baru. Kehidupan kampus memberikan banyak ruang untuk menggali potensi melalui organisasi, lomba, maupun kegiatan sosial.
Organisasi mahasiswa (ORMAWA) merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kampus dan masyarakat, serta untuk mengembangkan potensi diri, baik secara akademik maupun non-akademik. Namun, menjadi mahasiswa aktif tidak hanya dengan bergabung dalam organisasi saja. Banyak mahasiswa yang menemukan jati diri dan potensi mereka melalui perlombaan-perlombaan yang diikuti.
Salah satu contoh inspiratif datang dari Algi Febriano, mahasiswa semester 4 yang sedang menempuh program studi Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember. Algi merupakan sosok mahasiswa aktif yang memanfaatkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan diri melalui organisasi maupun perlombaan.
Salah satu pencapaian membanggakan Algi yaitu, ia baru saja meraih juara 2 dalam lomba debat nasional yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Yogyakarta. Dari sana, ia tidak hanya mendapat penghargaan, tetapi juga pengalaman yang berharga. Ia bertemu orang hebat yang menjadi sumber inspirasi, sekaligur belajar dari mereka. “Di posisi itu juga aku menemukan temen yang satu visi satu misi terkait tentang perlombaan, dan itu berkesan banget. Di situ juga bertemu dengan orang-orang hebat lainnya di luar sana dan itu menjadi poin utama paling penting karena kita bisa belajar dari orang lain juga,” ujarnya.
Algi juga aktif di berbagai kegiatan kampus seperti BEM FISIP, panitia KPUM, serta menjabat sebagai ketua daerah dalam komunitas sosial di Kabupaten Jember. Ia juga pernah mengikuti berbagai program seperti magang WFH, lomba essay, dan karya tulis ilmiah.
Namun, kesibukan tersebut tidak membuat Algi lalai dalam menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa. Pengalaman organisasi dan kompetisi membuat Algi belajar pentingnya manajemen diri dan waktu. Ia menekankan bahwa menyelesaikan kewajiban utama adalah proiritas. “Kita harus disiplin, ketika kita ada membuat manajemen, tapi kita tidak disiplin, sama aja engga. Kalau kita sudah memanajemenkan waktu kita apa, skala prioritasnya bagaimana, kita harus disiplin,” ungkapnya.
Motivasi Algi berangkat dari kesukaannya berbicara di depan umum dan menjadi pusat perhatian. Ia mulai mengikuti lomba meski awalnya kalah. Namun, kegagalan tersebut tidak membuatnya berhenti begitu saja. Sebaliknya, kegagalan itu dijadikan sebagai guru terbaik dan evaluasi untuk berkembang. Gagal bukan alasan untuk menyerah, melainkan bahan evaluasi dan pembelajaran untuk lebih baik ke depannya.
Menurutnya, prinsip dalam mengikutin lomba bukan hanya tentang menang, tetapi bagaimana menjadi lebih baik dari sebelumnya. “Mau sehebat apapun, kalau tidak belajar itu bakalan hilang kemampuan kamu. Jadi harus sering belajar, banyak sharing sama teman-teman yang satu minat perlombaan dengan kita. Yang kedua harus terus rendah hati, karena sekali sombong semua hal yang kita pelajari akan hilang,” tegasnya.
Kisah Algi Febriano menjadi bukti bahwa menjadi mahasiswa aktif dapat membuka banyak peluang dan pengalaman, serta menjadi inspirasi bagi orang lain. Bukan hanya organisasi, lomba juga menjadi wadah penting untuk menggali potensi diri dan membentuk karakter yang Tangguh, disiplin, dan berdaya saing tinggi.
Penulis : Maharani Afidatun Nur Khasanah
Penyunting : Aulia Nastiti