Oleh : Lilia Roihana Syarifa
persprima.com, Jember – Fesyta (20) dan kawan-kawan sedang asyik berkumpul bersama di TSW FISIP Universitas Jember, berbincang ria mendiskusikan tentang apa yang sedang terjadi akan dunia ini. Langit bersilih warna menjadi jingga, azan dikumandangkan. Perbincangan berubah menjadi senyap, membiarkan lantunan azan menyeruak masuk ke dalam telinga. Setelah azan selesai dikumandangkan, Fesyta bergegas menuju musala tanpa ragu. Berselang beberapa menit, ia kembali menghampiri kawan-kawannya dengan wajah sedih dan kesal. Ia mengurungkan niatnya untuk melaksanakan sholat maghrib di musala FISIP. “Musalanya direnovasi, gabisa sholat,” ungkapnya dengan nada murung.
Renovasi musala FISIP dilaksanakan ketika masa perkuliahan berlangsung. Diawali pada bulan April penggalian tanah sekitar musala, lalu pengerjaan renovasi dilaksanakan mulai 10 Mei 2025. Kondisi musala ini bernuansa semi outdoor, bangunan sederhana yang tampaknya sudah berdiri selama puluhan tahun. Kondisi musala FISIP sebelum dilakukannya renovasi, memiliki kondisi yang kurang terawat, ketika siang hari daun-daun berserakan di lantai musala bagian putri, tidak adanya perawatan fasilitas seperti mukenah dan sajadah untuk menjaga higienitas barang milik umum tersebut. Ketika sedang dilanda hujan, musala terkena terpaan air yang membuat sebagian musala basah dan tidak dapat dipakai.
“Sebenarnya senang sih ya, jadi lebih bagus, tapi di sisi lain bikin makin susah buat sholat, khususnya untuk perempuan” ungkap Sofia. Renovasi musala ini memunculkan rasa senang dan sedih para mahasiswa, merasa tempat ibadahnya terketuk untuk dilakukan pembaharuan, pula sedih karena terhambatnya untuk beribadah.
Namun, ketika musala ini direnovasi untuk menjalani transisi pembaruan, Fesyta dan mahasiswa lainnya menghadapi tantangan besar, yaitu sulitnya menjalankan salat di tengah hiruk-pikuk pembangunan. “Tempat wudhunya tertimbun tanah, gabisa wudu, jadi malas salat,” lugas Hanny. Fasilitas pengganti ketika berjalannya renovasi musala minim. Pada awal pembongkaran, FISIP tidak menyediakan ruang sementara. Hal ini yang membuat para mahasiswi merasa malas untuk menjalankan salat fardhu. Setelah dimulainya pengerjaan renovasi pada Mei 2025, musholla FISIP resmi dialihkan untuk sementara di pendopo sebelah musala FISIP. Tempat wudu sementara juga berpindah di sisi depan pendopo.
Perenovasian ini memicu beberapa dampak negatif yang diharapkan pengerjaannya segera terselesaikan. Para mahasiswi merasa kurang nyaman dalam menjalankan ibadahnya, karena mereka yang cenderung menggunakan hijab tidak bisa dengan leluasa untuk dapat berwudu atau sekedar membenarkan hijabnya di pendopo yang cukup terbuka dan bercampur baur dengan laki-laki. “Mau wudhu juga ga nyaman, tempatnya terbuka banget, area di sana juga kotor,” ungkap Fesyta dengan nada risihnya. Mereka para perempuan merasa bahwa privasinya sebagai perempuan terganggu, menumbuhkan rasa malas untuk salat menyeruak dalam dirinya.
Proses renovasi ini dilakukan oleh enam pekerja kasar, mereka bekerja seharian agar musala FISIP dapat digunakan secepatnya. “Targetnya sih sebulan sudah selesai,” ungkap kepala pekerja kasar. Proses pengerjaannya sendiri tak lepas dari masalah. Para pekerja kasar terkadang tidak hadir pada hari-hari tertentu yang menghambat berjalannya renovasi ini sesuai rencana.
Kurangnya perencanaan fasilitas pengganti juga menjadi sorotan. “Seharusnya fakultas menyiapkan ruang sholat sementara yang layak, terutama untuk perempuan,” kritik Fesyta.
Pihak fakultas seharusnya menyediakan pembatas antara perempuan dan laki-laki. Meskipun pendopo hanya menjadi tempat singgah untuk sholat sementara, hal kecil seperti menjaga privasi antara perempuan dan laki-laki sudah seharusnya tetap diperkirakan. Bagi Sofia, renovasi musala ini kerap membuatnya bangga dengan meningkatnya kualitas infrastruktur di FISIP. Berjalannya proses renovasi musala FISIP hingga kini, 17 Juni 2025, diharapkan dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai target pengerjaan.
Editor visual : Asna Aufiaa
Penyunting : Aulia Nastiti