Home / Lensa Opini / Krisis Integritas dan Tantangan Sosial Politik di Universitas Jember

Krisis Integritas dan Tantangan Sosial Politik di Universitas Jember

Oleh : Theresa Angell Mellanie

persprima.com, Jember – Universitas Jember (UNEJ) adalah salah satu perguruan tinggi terkenal di Jawa Timur. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, UNEJ menghadapi sejumlah isu sosial politik yang menguji integritas, ketahanan sosial, dan kualitas tata kelola kampus. Beberapa kejadian, mulai dari peristiwa tragis di kampus hingga masalah kebijakan pemerintah yang berdampak pada mahasiswa, menjadi sorotan publik dan memunculkan pertanyaan besar tentang arah pendidikan tinggi di Indonesia.

Dalam beberapa bulan terakhir, UNEJ menjadi pusat perhatian setelah terjadi serangkaian peristiwa yang menyangkut persoalan sosial, politik, dan tata kelola kampus. Salah satu kejadian yang paling memilukan adalah meninggalnya DRYN, salah satu mahasiswa Program Studi Sosiologi FISIP UNEJ, yang diduga menjatuhkan diri dari lantai 8 Gedung C-RiSSH pada akhir Desember 2024. Kejadian ini tidak hanya menimbulkan duka mendalam, tetapi juga memicu diskusi luas tentang pentingnya kesehatan mental mahasiswa dan perlunya penguatan layanan konseling di lingkungan kampus.

Tak lama setelah itu, UNEJ kembali diterpa isu integritas setelah muncul kabar keterlibatan pegawai kampus dalam praktik kecurangan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025. Hal ini memperlihatkan adanya upaya remote access atau pengendalian jarak jauh komputer peserta ujian, yang diduga melibatkan pihak internal kampus. Kasus ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kejujuran proses seleksi mahasiswa baru dan mencoreng nama baik Universitas Jember.

Di sisi lain, aksi mahasiswa juga mewarnai situasi kampus. Ratusan mahasiswa UNEJ bersama masyarakat yang tergabung dalam Solidaritas Jember Melawan melakukan unjuk rasa di bundaran DPRD Jember. Mereka menolak revisi Undang-Undang Minerba, efisiensi anggaran, dan pembentukan Badan Pengelola Investasi “Danantara”, sambil menyoroti dampak pemotongan anggaran pendidikan yang dinilai merugikan akses dan kualitas pendidikan tinggi.

Rangkaian peristiwa yang terjadi ini menunjukkan bahwa UNEJ sedang menghadapi krisis integritas dan tantangan sosial politik yang serius dan tidak bisa dianggap remeh. Insiden meninggalnya mahasiswa menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa sangat penting dan harus segera ditangani. Tekanan belajar atau akademik, persaingan, dan kurangnya tempat bercerita sering menjadi pemicu stres yang berujung pada tragedi tragis. Langkah UNEJ memperkuat layanan konseling patut diapresiasi, namun efektivitasnya sangat bergantung pada keberanian mahasiswa untuk melapor dan mencari bantuan serta dukungan dari seluruh warga kampus.

Kasus kecurangan dalam UTBK SNBT 2025 memperlihatkan bahwa integritas lembaga pendidikan tidak hanya diuji di ruang kelas, tetapi juga dalam setiap proses administratif dan seleksi. Keterlibatan pegawai kampus dalam praktik curang merupakan peringantan keras bagi UNEJ untuk memperkuat sistem pengawasan dan membangun budaya integritas yang kuat. Jika dibiarkan, praktik semacam ini akan merusak kepercayaan publik dan menurunkan kualitas pendidikan secara nasional.

Sementara itu, aksi mahasiswa yang menolak kebijakan pemerintah memperlihatkan bahwa kampus masih menjadi ruang penting untuk menyuarakan pendapat dan memperjuangkan keadilan atau kepentingan rakyat. Pemotongan anggaran pendidikan dan revisi kebijakan yang minim partisipasi publik berpotensi memperlebar kesenjangan akses pendidikan, menurunkan kualitas pembelajaran, dan menghambat mobilitas sosial generasi muda. Sikap kritis mahasiswa menjadi penyeimbang penting dalam proses demokrasi dan pengambilan kebijakan publik.

Menghadapi beragam tantangan ini, Universitas Jember perlu mengambil langkah strategis. Pertama, penguatan layanan konseling harus diiringi dengan kampanye literasi kesehatan mental dan pelibatan aktif seluruh warga kampus. Kedua, reformasi sistem pengawasan internal dan penegakan kode etik harus menjadi prioritas utama untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap kejujuran atau integritas kampus. Ketiga, kampus perlu memperluas ruang dialog antara mahasiswa, dosen, dan pengambil kebijakan agar aspirasi dan kritik dapat tersampaikan dengan cara yang baik dan membangun.

Refleksi dari rangkaian peristiwa ini adalah bahwa kampus bukan sekedar tempat belajar, melainkan juga tempat pembentukan karakter, integritas, dan solidaritas sosial. Tantangan sosial politik yang dihadapi UNEJ saat ini menjadi momen untuk melakukan perbaikan mendasar, agar kampus mampu menjadi contoh keteladanan, inovasi, dan kekuatan moral bagi masyarakat.

Harapannya, Universitas Jember mampu untuk bangkit dari berbagai masalah yang telah terjadi, memperkuat fondasi sosial politik internal, dan terus berkontribusi dalam mencetak generasi muda yang kritis, berintegritas, serta peduli terhadap kemajuan bangsa dan negara. 

Editor visual : Asna Aufia
Penyunting : Aulia Nastiti

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *