Home / Warta / Warta Jember / KELANGKAAN BBM DINILAI BUKAN MASALAH FUNDAMENTAL OLEH BUPATI JEMBER

KELANGKAAN BBM DINILAI BUKAN MASALAH FUNDAMENTAL OLEH BUPATI JEMBER

Jalan Nasional Gunung Gumitir ditutup. Penghubung antara Banyuwangi dan sekitarnya ini telah ditutup sejak 24 Juli kemarin dan dijadwalkan akan ditutup hingga 24 September 2025 mendatang. Penutupan ini terjadi akibat adanya pekerjaan preservasi yang dilakukan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) pada jalur utama penghubung Jawa–Bali tersebut.

Penutupan jalan nasional tentu bukanlah keputusan mendadak. Namun, munculnya kelangkaan BBM di sejumlah daerah menimbulkan pertanyaan: apakah pihak profesional terkait, seperti BBPJN dan instansi transportasi lainnya, tidak dapat memprediksi dan mengantisipasi dampak distribusi bahan bakar sejak awal?

Dari adanya penutupan ini, sebenarnya pihak BBPJN telah menyiapkan beberapa rute alternatif bagi para pengguna jalan. Namun, sepertinya hal tersebut justru menimbulkan permasalahan baru, yakni kelangkaan BBM di beberapa daerah sekitar jalur utama. Salah satu wilayah yang paling terdampak adalah Kabupaten Jember.

Menurut salah satu warga Banyuwangi, kelangkaan terjadi karena keterlambatan pengiriman bahan bakar motor yang biasanya berasal dari Banyuwangi.

“Kilang minyak Pertamina ada di Banyuwangi untuk wilayah Tapal Kuda. Karena Gumitir ditutup, jalur utara seperti Bondowoso dan Situbondo macet, jadi pengiriman bahan bakar terlambat, dan yang paling kerasa wilayah Jember, Bondowoso, dan Situbondo”  ujar Sekar, warga Banyuwangi, saat dihubungi via telepon pada Minggu (27/7/2025).

Pada Minggu (27/7/2025 ) masyarakat Jember mengalami kelangkaan BBM yang berdampak pada antrean panjang di berbagai SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). Meskipun harga bensin di SPBU tidak mengalami kenaikan, antrean panjang hingga kekosongan yang terjadi di sejumlah titik berdampak pada harga bensin eceran yang biasanya menjadi alternatif bagi warga.

Menurut salah satu warga Jember, harga bensin eceran naik drastis hingga mencapai tujuh belas ribu rupiah per liter.

“Untuk harga, kalau kita lihat di pom Pertamina-nya itu tetap, di mana pertalite di harga Rp10.000/liter. Yang berbeda hanya penjual bensin eceran yang memasang harga lebih tinggi, sampai Rp17.000/liter” ujar Rafi, mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Jember saat dihubungi via telepon Minggu (27/7/2025)

Rafi juga mengeluhkan lamanya antrean di SPBU.

“Ya tentu saja saya sudah berusaha mencari BBM hari ini, sampai kulit saya menghitam setelah antre dua jam” ungkapnya.

SPBU Tawang alun Jember: Dokumentasi Pribadi/Rafiandra

Melansir salah satu video yang diunggah oleh Radar Jember Digital pada (27/7/2025)  Bupati Jember, Gus Fawait, menyampaikan bahwa warga tidak perlu risau terhadap permasalahan ini. Ia menilai hal tersebut bukanlah persoalan yang fundamental, dan pihaknya telah meminta Pertamina untuk segera mengirimkan BBM dari wilayah lain.

“Kita sudah melayangkan permintaan pada Pertamina, supaya kalau memang Banyuwangi macet, kita minta pengiriman dari wilayah lain seperti Surabaya dan Malang,” ujarnya.

Meski Bupati Jember menyebut bahwa hal ini bukan persoalan fundamental, pernyataan tersebut bisa terasa kurang empatik di tengah antrean panjang dan lonjakan harga yang dirasakan masyarakat. Pernyataan semacam ini dikhawatirkan justru mereduksi keresahan warga yang sehari-harinya terdampak langsung oleh kelangkaan.

Penulis : Novia Fitri Nuraeni

Penyunting : Kenny Leviana A.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *